welcome

welcome to aznee's blog
blog ini q buat pada saat iseng tp mudah2an isengq ini bermanfaat.....................

Selasa, 19 April 2011

laporan farmakognosi_kemangi


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara geografis negara Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah. Baik kekayaan flora maupun fauna. Kekayaan alam ini tidak disia-siakan oleh rakyat Indonesia. Mereka mulai mengadakan penyelidikan untuk mengetahui bahan-bahan alam apa saja yang mengandung khasiat obat sehingga dapat menjadi suatu obat yang dapat bermanfaat bagi kepentingan manusia, baik berupa jenis tanaman maupun hewan.
Tumbuhan merupakan gudang berbagai jenis senyawa kimia, mulai dari struktur dan sifat yang sederhana sampai yang rumit dan unik. Beragam jenis dan senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan akan berkorelasi positif dengan khasiat dan manfaat yang dimilikinya.
Upaya pencarian tumbuhan berkhasiat obat telah lama dilakukan, baik untuk mencari senyawa baru ataupun menambah keanekaragaman senyawa yang telah ada. Pencarian tersebut dilakukan dengan berbagai pendekatan seperti cara empiris, etbotani, dan etnofarmakologi. Hasil pencarian dan penelitan tersebut kemudian dilanjutkan dengan upaya pengisolasian senyawa murni dan turunnya sebagai bahan dasar obat modern atau pembuatan ekstrak untuk obat fitofarmako.
Dewasa ini penelitian dan pengembangan tumbuhan obat baik didalam maupun di luar negeri berkembang pesat. Penelitian yang berkembang, terutama dari segi farmakologi maupun fitokimianya  penelitian dilakukan berdasarkan indikasi tumbuhan obat yang telah digunakan oleh sebagian masyarakat dengan khasiat yang teruji  empiris. Hasil penelitian tersebut lebih memantapkan pada tumbuhan obat yang akan khasiat maupun kegunaannya.
Adanya berbagai macam pengobatan yang modern dalam perkembangan dunia kedokteran dan farmasi telah menciptakan bahan-bahan obat yang diproduksi kadangkala menimbulkan efek samping yang berbahaya, sehingga masyarakat saat  ini mulai memilih alternatif  baru yaitu dengan back to natural atau kembali ke bahan-bahan alam yang memiliki khasiat obat tanpa menimbulkan efek samping yang besar.
Tanaman selasih tumbuh di halaman dan ladang-ladang pada ketinggian sekitar 1300 m di atas permukaan laut. Tumbuhan berbatang basah ini tingginya sampai 1,5 m. Daunnya berbentuk segitiga atau bulat telur berwarna ungu tua atau merah. Daunnya yang berwarna merah kehitaman sangat berkhasiat. Sedangkan yang berwarna lain biasanya hanya untuk hiasan. Bentuk daunnya bulat melancip, berbulu dan bergerigi pada bagian ujung dan tepinya. Batangnya segi empat dan mudah patah karena lunak. Batang yang patah bisa langsung ditancapkan ke tanah untuk mendapatkan tanaman baru.Bunganya berwarna merah atau putih.

1.2 Rumusan Masalah
                Bagaimana bentuk morfologi dan anatomi tanaman kemangi (Ocimum spp) serta bagaimana cara identifikasi kandungan kimia ?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk memperoleh data farmakognostik yang meliputi anatomi, morfologi dan organoleptik serta identifikasi kandungan kimia pada tanaman kemangi  (Ocimum spp).
1.4 Manfaat Penelitian
                  Untuk memberikan informasi ilmiah tentang morfologi, anatomi, dan kandungan kimia tanaman kemangi (Ocimum spp) sebagai obat tradisional.
1.5 Konstribusi Penelitian bagi IPTEK
     Dengan melakukan penelitian mengenai tumbuhan kemangi (Ocimum spp), diharapkan masyaarakat mengetahui manfaat dari tumbuhan selasih dan dengan berkembangnya IPTEK diharapkan semakin banyak manfaat dari tumbuhan selasih yang didapat menyembuhkan beberapa penyakit.


















BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tentang Tanaman
       2.1.1 Sistematika Tanaman (http//www.plantamor.com)
 Kingdom               : Plantae
                Divisio                     : Spermatophyta
     Subdivisio           : Angiospermae
     Klassis                    : Dicotyledonae
     Ordo                       : Tubiflorae
     Familia                   : Lamiaceae
     Genus                     : Ocimum
     Species                   : Ocimum spp  
kemangi  dapat ditemukan tumbuh liar di hutan  dan tempat-ternpat lain yang dekat dengan pantai, atau ditanam di perkebunan sebagai tanaman jangka pendek. Merupakan tumbuhan  semak yang tumbuh di daerah yang lembab (F.Round, 1973).


2.1.2 Nama Daerah Tanaman  (http://www.iptek.net.id)
Sumatra : selaseh, selasi.
Jawa       : solasih, selasih, telasih.
Sulawesi: ampi, kukuru.
2.1.3 Morfologi Tanaman (Gembong,1999)

kemangi  (Ocimum spp.) merupakan tanaman semak semusim dengan tinggi antara 80 – 100 cm. Batang  bercabang banyak, berkayu segi empat, berbulu berwarna  kecoklatan. Daun tunggal bulat lancip, tepi bergerigi, panjang daun 4 – 5 cm dan lebar 6 – 30 mm. Bunga berwarna putih atau ungu. Tanaman mudah tumbuh di ladang atau di tempat terbuka lainnya.
Selasih mempunyai enam kuntum bunga, megikuti urutan dari atas ke tengah. Kelopak bunganya bewarna hijau keunguan dan bagian atas bunganya bewarna putih atau merah jambu pucat. Selasih mempunyai bau yang khas dan harum. Selain juga dipenggil ruku – ruku atau ruku – ruku hitam. Jenis selasih yang sering di jumpai adalah kemangi. Kemangi ada yang berdaun agak keriting dan ada pula mempunyai daun yang agak kecil dan sering di makan sebagai ulam.

                                                                                                                            
2.1.4 Anatomi Tanaman(Gembong,1999)
Daun
Lapisan kutikula / lilin (selapis), epidermis atas (pada tanaman muda ditemukan trikomata), jaringan mesofil (daging daun), mengandung kelenjar minyak atsiri yang dimanfaatkan sebagai penghasil minyak atsiri (untuk komersial ), berkas Pengangkut yakni xylem dan floem (tersusun teratur), epidermis bawah (terdapat stomata/mulut daun).

Batang
Lapisan epidermis, jaringan parenkim korteks, terdapat kolenkim sebagat jaringan penguat, lapisan endodermis (2 lapis), stele (silinder pusat), terdiri dari berkas pengangkut xylem (terdapat serabut sklerenkim) dan floem yang tersusun melingkar teratur berselang-seling (ukuran xylem lebih besar daripada floem), empulur dan jari-jari empulur pada pusat stele.
Akar
Susunan anatomi akar hampir sama (identik ) dengan anatomi pada batang, hanya saja pada akar tidak terdapat empulur dan jari-jari empulur (tidak ada perkembangan xylem).
Bunga
Kelopak bunga (calyx) berwarna hijau (mengandung pigmenklorofi l), dapat sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis, sifatnya gamosepalus (sepala berlekatan satu sama lain), mahkota bunga ( corolla ) berwarna putih merah muda, siftnya polyopetalus (petala tidak berlekatan 1 sama lain), merupakan bunga hermaprodhite  (memiliki putik/pistillum dan benang sari / stamen), terdpat ovarium (bakal buah) dan ovulum (ovulum).
Buah
Terdiri dari Epikarpium  (lapisan paling luar yang tebal dan bersisik, untuk tnaman yang sudah tu, pada buah yang masih muda belum terdapat sisik), Mesokarpium (daging buah) dan Endokarpium, terdapat sekat / septum, terdapat biji / semen pada ujung buah.

2.1.5 Kandungan Kimia
SIFAT KIMIAWI : Tumbuhan ini kaya dengan berbagai kandungan kimia yang sudah diketahui,
Batang dan daun : Minyak atsiri, tanin, lemak, phyosterol, calcium oxalate, pectic substances.
Daun selasih mengandung minyak atsiri, antara lain karvakrol yang bersifat anti biotik, eugenol bersifat menghilangkan nyeri, etil salisilat menghambat iritasi. Daunnya juga mengandung zat-zat alkaloida, mineral dan sedikit lendir. mempunyai komposisi kandungan senyawa kimia yang bermanfaat antara lain : - alkaloid - etil salisilat - metil eugenol - timol - karvakrol – mineral (www.google.com).
       2.1.6 Kegunaan Tanaman(Haryono,2005)
Manfaat kemangi adalah meningkatkan pengeluaran bendalir badan melalui air kencing karena bersifat diuretik; sifat analgesik yang membantu menahan atau meredakan sakit kepala, sakit gigi, sakit perut demam; sifat diaforetik yang membantu pengeluaran keringat. Biji selasih bermanfaat untuk menurunkan kolesterol, membantu pencernaan, mengobati kram usus dan melancarkan buang air besar.
       2.1.7 Bioaktivitas tanaman
                               Tanaman ini mengandung bermacam-macam kandungan kimia seperti pada bunga mengandung anthocyanins, delphinidin, pelargonidin, malvidin, kaempherol, dan quercetin yang berfungsi peluruh haid, abortivum, dan membuyarkan bekuan darah. Pada akar mengandung cyanidin mono-glycoside yang berfungsi sebagai antiradang dan peluruh haid. Pada biji mengandung saponin dan fixed oil yang berfungsi sebagai penghenti perdarahan (hemostatis), meningkatkan fungsi pencernaan, mempunyai efek melunakkan massa yang keras (tumor), antikanker, peluruh haid, dan mempermudah persalinan (parturifasien) (Prasetyaningrum,2007).

2.2 Tinjauan Tentang Pemeriksaan Farmakognosi
       2.2.1 Pengertian dan sejarah Farmakognosi
      Pada awalnya, farmakognosi lahir dari jampi-jampi suku voodoo yang tanpa disadari  telah ikut menyelamatkan resep-resep rahasia tidak tertulis dari dukun dan leluhur. Keberadaan farmakognosi dimulai sejak pertama kali manusia mulai mengenal penyakit seperti menjaga kesehatan, menyembuhkan penyakit, meringankan penderitaan, menanggulangi gejala penyakit dan rasa sakit serta semua yang berhubungan denganmakanan dan minuman kesehatan. (sastronomidjojo, 2001)
Istilah farmakognosi pertamakali dicetuskan oleh C. A Segdler (1815) seorang peneliti kedokteran di Haalte Jerman, dalam disertasinya berjudul Analecta Pharmacognostica. Farmakognosi berasl dari bahasa yunani yaitu pharmchon yang artinya “obat” yaitu obat alam dan gnosis  yang artinya pengetahuan. Jadi farmkognosi adala pengetahuan tentang obat-obatan alamiah (sastronomidjojo, 2001).
                 Menurut Fluckiger, farmakognosi mencakup seni dan pengetahuan pengobatan dari alam yang meliputi tanaman, hewan, mikroorganisme, dan mineral. Pada awalnya masyarakat awam tidak mengenal istilah “Farmakognosi”. Oleh karena itu mereka tidak bisa mengaitkan farmakognosi dengan bidang-bidang yang berhubungan dengan kesehatan. Padahal farmakognosi sebenarnya menjadi mata pelajaran yang spesifik dibidang kesehatan dan farmasi. (sastronomidjojo, 2001).
       2.2.2 Ruang Lingkup Pemeriksaan Farmakognosi
                 2.2.2.1 Identifikasi dan Determinasi Tanaman
            Menentukan kunci determinasi tanaman dilakukan berdasarkan bentuk morfologi tanaman berdasarkan uraian deskripsi tanaman secara lengkap  melalui pendekatan hubungan kekerabatan (suku, dan genus), nama daerah, alat-alat khusus yang teradapat pada tanaman tersebut tempat tumbuh. Untuk mempermudah determinasi tanaman dilakukan pembuatan herbarium khusus.
               Herbarium adalah penyimpanan dan pengawetan tumbuhan. Herbarium dapat dibuat dengan dua cara yaitu cara kering dan cara basah, sesuai dengan namanya herbarium kering disimpan dalam keadaan kering, sedangkan herbarium basah disimpan dalam keadaan basah dengan cairan tertentu.
             Pembuatan herbarium tanaman  dilakukan dengan  mengumpulkan seluruh bagian tanaman yang utuh (akar, batang, daun), termasuk bagian-bagian khusus tanaman seperti bunga, buah dan biji.
               Herbarium adalah pengawetan dan penyimpanan tumbuhan. Herbarium dapat dibuat dengan dua cara yaitu cara kering dan cara basah, sesuai dengan namanya herbarium kering disimpan dalan keadaan kering dan herbarium basah disimpan dalam keadaan basah dengan cairan tertentu.
Herbarium kering adalah tumbuhan yang diambil akarnya dan dibersihkan dengan air, setelah kering kita masukkan kedalam lipatan kotan  kemudian tumbuhan diatur sedemikian rupa, jangan sampai ada yang rusak pada baian tumbuhan , daun diatur agar terlihat permukaan daun atas dan bawah kemudian dipress herbarium diatas kertas Koran dengan kemudian dikeringkan pada sinar matahari atau dipanaskan dalam oven listrik pada suhu 60-70 o C sampai materi kering dan siap untuk ditempel pada karton herbtium.
Herbarium basah  umumnya jenis Bryophyta dan larutan yang Anatomi tanaman digunakan adalah alcohol 70%m, formalin 4% atau FAA (Formalin, Alkohol 70% dan Asetat perbandingan 50:500:900 ml) (Vanstennis,1992).
                 2.2.2.2 Morfologi Tanaman
  Ilmu tumbuhan saat ini telah mengalami kemajuan yang demikian pesat, dari berbagai cabang ilmu tumbuhan yang sekarang telah berdiri sendiri adalah morfologi tumbuhan mempelajari tentang susunan tubuh tumbuhan yang telah mengalami perkembangan yang pesat sehingga dipisahkan menjadi morfologi luar atau morfologi in sensu strict dalam artian sempit dan morfologi dalam atau anatomi tumbuhan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mencari kekhususan bentuk, ukuran, dan warna yang diuji (Gembong,1999).

                 2.2.2.3 Anatomi Tanaman(Hidayat , 1995)
       Pengetahuan tentang anatomi tumbuhan adalah ilmu yang merangkum uraian organ, susunan, bagian atau fungsi dari organ tumbuhan itu, pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari unsur-unsur anatomi serta fragmen pengenal jaringan serbuk yang khas guna mengetahui jenis-jenis simplisia yang diuji berupa sayatan melintang, membujur atau serbuk dari tanaman.
                  2.2.2.4 Identifikasi Kandungan Kimia Tanaman (Amin, 2009)
1. Uji dengan reaksi warna dilakukan terhadap hasil penyaringan zat berkhasiat baik sebagai hasil mikrosublimasi atau langsung terhadap irisan serbuk simplisia (uji histokimia) dan ekstrak, meliputi uji lignin, seberin, kutin, minyak lemak, minyak atsiri, getah dan resin, pati dan aleuron, lender dan pectin, selulosa, zat zamak atau tannin dan katekol, dioksiantrakinon bebas, fenol, saponin, flvanoid, karbohidrat, glikosida, glikosida antrakinon dan steroid contohnya : asam sinamat dipasahkan dalam bentuk Kristal dari tolu balsam setelah didihkan dengan air kapur + HCl +  kalium permanganate terbentuk benzaldehid.
2.    Uji reaksi pengendapan dilakukan dengan melihat warna endapan yang terjadi contohnya uji alkaloid.
3.     Mikrosubmasi untuk konstituen mudah menyublin dalam bentuk Kristal di lakukan uji KLT dan reaksi warna.
2.2.2.5 Pemeriksaan Mutu dan Standarisasi
         Pemeriksaan mutu simplisia sebaiknya dilakukan secara periodik selain itu harus diperhatikan untuk pertama kali dilakukan yaitu pada saat bahan simplisia diterima dari pengepul /pedagang lainnya. Buku pedomn yang digunakan sebagai pegangan adalah Materi Medika Indonesia (MMI) agar diperoleh simplisia yang tepat sebaiknya dilakukan arsipasi simplisia sebagai standar internasional atau perbandingan mengenai pemeriksaan mutu, dalam bentuk kami menginginkan adanya laboratorium pemeriksaan mutu dari produsen obat tradisional.
1. Identifikasi, meliputi pemeriksaan:
a.Organoleptik, yaitu pemeriksan warna, bau, dan rasa  bahan/simplisia.
b.Makroskopik, yaiu memuat uraian makroskopik paparan   mengenai bentuk ukuran, warna, dan bidang patahan/irisan
c.Mikroskopik, yaitu memuat paparan anatomis, penampang melintang simplisia, fragmen pengenal serbuk simplisia, meliputi uraian mengenai:
a) jaringan pada batang, akar, dan rimpang, terdiri dari:
1)  Jaringan primer (epidermis, corteks, endodermis, caspari, perisikel, silinder pusat dan empelur).
2)  Jaringan sekunder (periderm, felogen, dan ritidom).
3)  Perubahan susunan silinder pusat atau pertumbuhan sekunder.
b) jaringan pada daun, terdiri dari :
1)  Tipe stomata.
2) Jenis rambut (rambut penutup, dan rambut kelenjar).
c) jaringan pada daun, batang, dan akar terdiri dari :
1) tipe idioblas,
2) tipe sel sklerenkim.
d) Tetapan  fisika, meliputi pemeriksan indeks bias, bobot jenis, titik lebur, rotasi optik mikrosublimasi, dn rekristalisasi.
e) kimiawi meliputi reaksi: warna, pengendapan, penggaraman, logam, dan kompleks.
f) Biologi, meliputi pemeriksaan mikrobiologi seperti penetapan  angka kuman, pencemaran dan percobaan terhadap hewan.
  2.   Analisis Bahan meliputi penetapan konstituen (zat kandungan) kadar konstituen (kadar abu, kadar sari, kadar air, kadar logam) dan sandardisasi simplisia.
3.   Kemurnian meliputi kromatografi ; kinerja tinggi, lapisan  tipis, kolom, kertas, dan gas untuk menentukan senyawa / komponen kimia tunggal dalam simplisia hasil metabolit primer dan sekunder tanaman.
2.3 Tinjauan Tentang Simplisia
       2.3.1 Pengertian Simplisia(Ditjen POM,1979)
Pengertian simplisia menurut Farmakope Indonesia Edisi III adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan.
       2.3.2 Penggolongan Simplisia(Gembong,2004)
Simplisia terbagi 3 golongan yaitu :
1.      Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman dan eksudat tanaman. Eksudat tanaman ialah isi yang spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dikeluarkan dari selnya, dengan cara tertentu atau zat yang dipisahkan dari tanamannya dengan cara tertentu yang masih belum berupa zat kimia murni.
2.      Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
3.      Simplisia mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelican (mineral) yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.
Selain ketiga jenis simplisia diatas juga terdapat hal lain, yaitu benda organik asing yang disingkat benda asing, adalah satu atau keseluruhan dari apa-apa yang disebut dibawah ini :
a.          Fragmen, merupakan bagian tanaman asal simplisia selain bagian tanaman yang disebut dalam paparan makroskopik, atau bagian sedemikian nilai batasnya disebut monografi.
b.      Hewan hewan asing, merupakan zat yang dikeluarkan oleh hewan, kotoran hewan, batu tanah atau pengotor lainnya.
Kecuali yang dinyatakan lain, yang dimaksudkan dengan benda asing pada simplisia nabati adalah benda asing yang berasal dari tanaman. Simplisia nabati harus bebas serangga, fragme hewan, atau kotoran hewan  tidak boleh menyimpang bau dan warnanya, tidak boleh mengandung lendir, atau cendawan, atau menunjukkan adanya zat pengotor lainnya; pada perhitunganpenetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam, kadar abu yang larut dalam air , sari yang larut dalam air, atau sari yang larut dalam etanol didasarkan pada simplisia yang belum ditetapkan susut pengeringannya.
Sedangkan susut pengering sendiri adalah banyaknya bagian zat yang mudah menguap termasuk air, tetapkan dengan cara pengeringan, kecuali dinyatakan lain, dilakukan pada suhu 150o hingga bobot tetap.
Agar simplisia yang kita butuhkan bermutu baik, maka dilakukan pemeriksaan mutu simplisia yang bertujuan agar diperpoleh simplisia yang memenuhi persyaratan umum yang ditetaokan oleh Depkes RI dalam buku resmi seperti materi medika Indonesia, Farmakope Indonesia, dan ekstra Farmakope Indonesia. Pemeriksaan mutu simplisia, terdiri dari pemeriksaan.
       2.3.3 Cara Pembuatan Simplisia (Ditjen POM, 1985)
         Pembuatan simplisia merupakan proses memperoleh simplisia dari alam yang baik dan memenuhi syarat-syarat mutu yang dikehendaki.
1.   Pengumpulan bahan/panen
a.   Teknik pengumpulan
Pengumpulan atau panen dapat dilakukan dengan tangan atau menggunakan alat (mesin). Apabila pengambilan dilakukan secara langsung (pemetikan) maka harus memperhatikan keterampilan si pemetik, agar diperoleh tanaman/bagian tanaman yang dikehendaki, misalnya dikehendaki daun yang muda, maka daun yang tua jangan dipetik dan jangan merusak bagian tanaman lainnya. Kalau menggunakan alat, harus disesuaikan dengan kandungan kimianya agar tidak merusak zat aktif yang dikandungnya, misalnya jangan menggunakan alat yang terbuat dari logam untuk simplisia yang mengandung senyawa fenol dan glikosa.
b.   Waktu pengumpulan atau panen
Kadar kandungan zat aktif suatu simplisia ditentukan oleh waktu panen, umur tanaman, bagian tanaman yang diambil dan lingkungan tempat tumbuhnya, sehingga diperlukan satu waktu pengumpulan yang tepat yaitu pada saat kandungan zat aktifnya mencapai jumlah maksimal tanaman yang diambil harus sehat, tidak berpenyakit atau terjangkit jamur, bakteri dan virus karena dapat menyebabkan berkurangnya kandungan zat aktif dan terganggunya proses metabolisme serta terbentuknya produk metabolit yang tidak diharapkan.
Pada umumnya waktu pengumpulan sebagai berikut :
1.      Daun dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan sebelum buah menjadi masak, contohnya, daun Athropa belladonna mencapai kadar alkaloid tertinggi pada pucuk tanaman saat mulai berbunga. Tanaman yang berfotosintesis diambil daunnya saat reaksi fotosintesis sempurna yaitu pukul 09.00-12.00.
2.      Bunga dikumpulkan sebelum atau segera setelah mekar.
3.      Buah dipetik dalam keadaan tua, kecuali buah mengkudu dipetik sebelum buah masak.
4.      Biji dikumpulkan dari buah yang masak sempurna.
5.      Akar, rimpang (rhizome), umbi (tuber) dan umbi lapis (bulbus), dikumpulkan sewaktu proses pertumbuhannya berhenti.
c.   Bagian Tanaman
Adapun cara pengambilan simplisia/bagian tanaman
adalah:
1.   Klika batang/klika/korteks
Klika diambil dari batang utama dan cabang, dikelupas dengan ukuran panjang dan lebar tertentu, sebaliknya dengan cara berselang-seling dan sebelum jaringan kambiumnya, untuk klika yang mengandung minyak atsiri atau senyawa fenol gunakan alat pengelupas yang bukan terbuat dari logam.
2.   Batang (caulis)
Batang diambil dari cabang utama sampai leher akar, dipotong-potong dengan panjang dan diameter tertentu.
3.   Kayu (Lignum)
Kayu diambil dari batang atau cabang, kelupas kuliltnya dan potong-potong kecil.
4.   Daun (Folium)
      Daun tua atau muda (daun kelima dari pucuk) dipetik satu persatu secara manual.
5.   Bunga (Flos)
Tergantung yang dimaksud, dapat berupa kuncup atau bunga mekar atau mahkota bunga atau daun bunga, dapat dipetik langsung dengan tangan.
6.   Akar (Radix)
Bagian yang digunakan adalah bagian yang berada di bawah permukaan tanah, dipotong-potong dengan ukuran tertentu.
7.   Rimpang (Rhizoma)
Tanaman dicabut, rimpang diambil dan dibersihkan dari akar, dipotong melintang dengan ketebalan tertentu. Pengambilan sebaiknya pada musim kering dan bagian atas tanaman mengering (layu).
8.   Buah (Fructus)
Dapat berupa buah yang masak, matang atau buah muda, dipetik dengan tangan


9.   Biji (Semen)
Buah yang dikupas kulit buahnya menggunakan tangan atau alat, biji dikumpulkan dan dicuci.
10. Bulbus
Tanaman dicabut, bulbus dipisahkan dari daun dan akar dengan memotongnya.
2.   Pencucian dan Sortasi Basah
Pencucian dan sortasi basah dimaksudkan untuk membersihkan simplisia dari benda-benda asing dari luar (tanah, batu dan sebagainya), dan memisahkan bagian tanaman yang tidak dikehendaki. Pencucian terutama dilakukan bagi simplisia utamanya bagian tanaman yang berada di bawah tanah (akar, rimpang, bulbus), untuk membersihkan simplisia dari sisa-sisa tanah yang melekat.
3.   Perajangan
Perajangan dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan dan pewadahan setelah dicuci dan dibersihkan dari kotoran atau benda asing, materi/sampel dijemur dulu +- 1 hari kemudian dipotong-potong kecil dengan ukuran antara 0,25-0,06 cm yang setara dengan ayakan 4/18 (tergantung jenis simplisia). Pembuatan serbuk simplisia kecuali dinyatakan lain, seluruh simplisia harus dihaluskan menjadi serbuk (4/18). Semakin tipis perajangan maka semakin cepat proses pengeringan kecuali tanaman yang mengandung minyak menguap perajangan tidak boleh terlalu tipis karena menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat aktif. Sebaliknya bila perajangan terlalu tebal pengeringannya lama dan mudah berjamur.
4.   Pengeringan
Tujuan pengeringan pada tanaman atau bagian tanaman adalah :
1.      Untuk mendapatkan simplisia yang awet, tidak rusak dan dapat digunakan dalam jangka yang relative lama.
2.      Mengurangi kadar air, sehingga mencegah terjadinya pembusukan oleh jamur atau bakteri karena terhentinya proses enzimatik dalam jaringan tumbuhan yang selnya telah mati. Agar reaksi enzimatik tidak dapat berlangsung, kadar air yang dainjurkan adalah kurang dari 10 %.
3.      Mudah dalam penyimpanan dan mudah dihaluskan bila ingin dibuat serbuk.
Cara pengeringan dapat dilakukan secara alamiah dan secara buatan.
a.   Pengeringan alamiah
Tergantung dari kandungan zat aktif simplisia, pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1.      Sinar matahari langsung, terutama pada bagian tanaman yang keras (kayu, kulit biji, biji dan sebagainya) dan mengandung zat aktif yang relative stabil oleh panas)
2.      Diangin-anginkan dan tidak terkena sinar matahari secara langsung, umumnya untuk simplisia bertekstur lunak (bunga, daun dan lain-lain) dan zat aktif yang dikandungnya tidak stabil oleh panas (minyak atsiri).
b.   Pengeringan buatan
Cara pengeringan dengan ,menggunakan alat yang dapat diatur suhu, kelembaban, tekanan atau sirkulasi udaranya.
5.   Pengawetan simplisia
Cara pengawetan untuk tanaman atau bagian tanaman sebelum dikeringkan direndam dahulu dalam alcohol 70 % atau dialiri uap panas, sedangkan cara pengawetan untuk hewan-hewan laut terutama yang mudah berubah bentuknya setelah mati seperti bintang laut (Asteroida), bulu babi (Echinoidea), jenis hewan berongga (Coelenterata) dan hewan berduri (Echinodermata) terdiri dari zat kapur maka binatang ini diawetkan dengan alcohol 70 % agar zat kapurnya tidak larut.
6.   Pewadahan dan penyimpanan simplisia
Sortasi kering dilakukan sebelum pewadahan simplisia bertujuan memisahkan sisa-sisa benda asing atau bagian tanaman yang tidak dikehendaki yang tidak tersortir pada saat sortasi basah.
          Simplisia yang diperoleh diberi wadah yang baik dan disimpan pada tempat yang dapat menjamin terpeliharanya mutu dari simplisia. Wadah terbuat dari plastik tebal atau gelas yang berwarna gelap dan tertutup kedap memberikan suatu jaminan yang memadai terhadap isinya, wadah dari logam tidak dianjurkan agar tidak berpengaruh terhadap simplisia. Ruangan penyimpanan simplisia harus diperhatikan suhu, kelembaban udara dan sirkulasi udara ruangannya.
       2.3.4 Pemeriksaan Mutu Simplisia
Pemeriksaan mutu simplisia terdiri atas : (Amin, 2009)
1.         Identifikasi meliputi pemeriksaan
a.         Organoleptik, yaitu pemeriksaan warna, bau dan  rasa dari bahan simplisia.  Dalam buku resmi dinyatakan pemerian yaitu memuat paparan mengenai bentuk dan rasa yang dimaksudka untuk dijadikan petunjuk mengenal simplisia nabati sebagai syarat baku.
b.        Mikroskopik, yaitu membuat uraian mikroskopik paparan mengenai bentuk ukuran, warna dan bidang patahan atau irisan.
c.         Mikroskopoik yaitu membuat paparan anatomi penempang melintang simplisia fragmen pengenal serbuk simplisia.
d.        Tetapan fisika, melipti pemeriksaan indeks bias, bobot jenis, titik lebur, rotasi optic, mikrosublimasi, dan rekristalisasi.
e.         Kimiawai, meliputi reaksi warna, pengendapan, penggaraman, logam, dan kompleks.
f.         Biologi, meliputi pemeriksaan mikrobiologi seperti penetapaa angka kuman, pencemaran, dan percobaan terhadap hewan.
2.         Analisis bahan meliputi penetapan jenis konstituen (Zat kandungan), kadar konstituen (Kadar abu, kadar sari, kadar air, kadar logam), dan standarisasi simplisia.
3.         Kemurnian, meliputi kromatografi: kinerja tinggi, lapis tipis, kolom, kertas, dan gas untuk menentukan senyawa atau komponene kimia tunggal dalam simplisia hasil metabolit primer dan sekunder tanaman.
2.4 Identifikasi Kandungan Kimia Sinplisia Secara Kemotaksonomi
2.4.1 Penggolongan Tanaman berdasarkan Kemotaksonomi
         Tanaman yang tergolong famili Lamiaceae, yang berupa terna atau perdu, jarang memanjat, sering sangat harum oleh adanya banyak kelenjar yang bulat, kecil dan tidak bertangkai (duduk). Tidak berduri, tidak bersaluran getah. Batang dan ranting persegi-empat dan beralur memanjang. Meliputi 240 genus dan 3.200 species. Daun berhadapan dan tiap pasang 90o terhadap pasangan lainnya, jarang tersusun melingkar, tidak ada daun penumpu tunggal, jarang terbelah dalam, sangat sering tepi daun bergerigi-bergerigi. Bunga hermafrodit, jarang ada bunga betina, bunga kadang-kadang tunggal, tetapi umumnya sebagai vertisilaster yang terdiri dari 2 sampai banyak bunga dan tangkai utama kekar, atau menjadi bunga bongkol, bulir, tandan atau malai. Kelopak berbagi 5 atau berbibir 2. Mahkota umumnya zigomorf dan berbibir 2. Benang sari 4, kadang-kadang 2, sering didanamus. Bakal buah menumpang, beruang 4, tiap ruang berisi 1 bakal biji. Buah umumnya kering, kadang-kadang berdaging, umumnya pecah menjadi 4 buah keras yang tidak terbelah dan berisi 1 biji.
        2.4.2 Kegunaan Umum Tanaman berdasarkan Kemotaksonomi (Gunawan,2005).
               kemangi merupakan tanaman bercabang banyak. Bagian dari tanaman ini yang sering digunakan untuk berbagai keperluan manusia adalah kulit batang, daun, dan buahnya, serta bijinya.
1.    Sakit gigi
2.  Sakit kepala / migran
3.  Sembelit
4.  Bisul
5.  Melancarkan pencernaan
6.  Perut mulas (akarnya)
7.  kolesterol
       2.4.3Cara Mengidentifikasi Kandungan Kimia Simplisia(Gunawan,2004)
                 a. Reaksi warna adalah Uji dengan reaksi warna dilakukan terhadap hasil penyaringan zat berkhasiat baik sebagai hasil mikrosublimasi atau langsung terhadap irisan serbuk simplisia (uji histokimia) dan ekstrak
1. Lignin
      Adalah suatu uji warna yang bermaksud mengetahui kandungan lingnin (zat kayu) yang terkandung pada tanaman. Lignin itu sendiri umum terdapat pada tanaman yang secara morfologi terliohat jelas memiliki batang keras (berkayu), biasanya terdapat pada bangsa dikotil, senyawa ini dapat diidentifikasi dengan penambahan flouroglusin P dan HCl P, yang menimbulkan warna merah pada dinding sel.
Sedikit sampel serbuk disimpan diatas plat tetes, ditetesi dengan larutan floroglusin P, diamati dalam asam klorida P, positif jika berwarna merah.
2. Tanin
Sedikit sampel serbuk disimpan diatas plat tetes, ditambahkan dengan larutan FeCl3 1N. Postif mengandung tanin jika contoh berwarna hijau.
                      3. Katekol
a.       Sedikit sampel serbuk diatas plat tetes ditambahkan dengan larutan FeCl3 1N (Hijau, katekol)
b.      Sedikit sampel serbuk diatas plat tetes ditambahkan larutan Brom  (hijau, katekol)


                      4. Dioksiantrakinon
Sedikit  sampel serbuk diatas plat tetes ditambahkan dengan larutan KOH 10 % dalam etanol  95 % (warna merah).
                     5. Fenol
Sedikit sampel serbuk diatas plat tetes ditambahkan dengan larutan FeCl3 P (Biru hitam).
                     6.  Alkaloid
  Alkaloid adalah sekumpulan lipid yang banyak dijumpai dalam tumbuhan dan hewan. Senyawa ini tidak tersabunkan, karena tidak dapat terhidrolisis dalam media basa berbeda dengan kompleks trigliserida dan lipid kompleks.
Sedikit sampel serbuk tabung reaksi ditambahkan dengan larutan HCl 0,5N dan ditetesi larutan Mayerbouchardat (Endapan kuning/putih).
                  7.   Steroid
Sedikit sampel serbuk diatas plat tetes ditambahkan Lieberman Bauchardat (merah-merah jambu)
                   8.  Karbohidrat
Sedikit sampel serbuk diatas plat tetes ditambahkan dengan larutan fehling A dan Fehling B (merah Bata).

9. Pati dan aleuron
    Merupakan polisakarida yang melimpah setelah selulosa, berfungsi sebagai penyimpan energi, Sekitar 20% dari pati adalah amilosa (larut) dan 80 % amilopektin . Pati dan aleuron banyak terdapat pada padi-padian, kentang dan jagung.
Sedikit serbuk sampel diatas plat tetes ditetesi iodin 0,1 N jika mengandung Pati akan berwarna biru dan berwarna merah bila mengandung aleuron.
10. Saponin
Sedikit sampel serbuk pada tabung reaksi ditambahkan dengan air penas lalu dikocok 10 detik akan terbentuk buih atau busa dan ditambahkan dengan HCl 2 N 1 tetes (tetap akan terbentuk buih atau busa).
11. Flavanoid
Sedikit sampel diatas plat tetes ditambahkan dengan 10 ml HCl pekat akan terbentuk  warna merah ungu
12. Alkaloid
Timbang 500 mg serbuk simplisia, tambahkan 1 nil asam klorida 2 N dan 9 ml air, panaskan di atas tangas air selama 2 menit, dinginkan dan saring. pindahkan masing-masing 3 tetes filtrate pada dua kaca arloji :
a.  Tambahkan 2 tetes Mayer LP pada kaca arloji pertama, terbentuk enedapan menggumpal berwarna putih.
b.    Tambahkan 2 tetes Bouchardat LP pada kaca arloji kedua, terbentuk endapn berwarna coklat sampai hitam.
         b.     Reaksi Pengendapan
Alkaloid Merupakan senyawa organic yang mengandung unsure nitrogen dan  bersifat basa. Senyawa ini dijumpai pada golongan tanaman leguminosae, rubiaceae, ladoceae,dan liliaceae.
Timbang 500 mg serbuk simplisia, tambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air, panaskan di atas penangas air selama 2 menit, dinginkan dan saring, pindahkan masing-masing 3 tetes filtrate pada dua kaca arloji:
a.       Tambahkan 2 tetes mayer LP pada kaca arloji pertama, terbentuk endapan menggumpal berwarna putih.
b.      Tambahkan 2 tetes bouchardat LP pada kaca arloji kedua, terbentuk endapan berwarna coklat sampai hitam.
c. Kromatografi Lapisan Tipis (KLT)
Kromatografi Lapis Tipis adalah salah satu tehnik pemisahan komponen kimia dengan prinsip adsorpsi dan partisi menggunakan lempeng berukuran 3x7 cm, yang dilapisi oleh silika gel sebagai fase adsorben (penyerap) atau disebut fase diam, dan eluen berupa campuran beberapa pelarut atau fase gerak yang dapat memisahkan senyawa kimia dengan baik.


















BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL, HIPOTESIS, DAN SKEMA KERJA
3.1 Kerangka Konseptual
Rounded Rectangle: Aktivitas Farmakologi   Obat tradisional         selasih              
                                 Indonesia                                                

 

                                   Pemeriksaan      

                                   Farmakognosi                   Bioaktivitas                                                                                                                   Invitro dan invivo
Praklinik
 

                             Kandungan Kimia
                              Dan Identifikasi
                               Kemotaksonomi
 


                    
Pengembangan
                     Obat tradisional
                      Dan Fitofarmako    
     
Gambar 3.1 Kerangka konseptual
3.2 Hipotesis
               Pemerksaan farmakognostik tanaman selasih (Ocimum spp) terdiri dari uji morfologi, anatomi, organoleptik dan identifikasi kandungan kimi, dapat ditarik suatu hipotesis yaitu tanaman selasih (Ocimum spp) bentuk daunnya bergerigi, akarnya tunggang, kelas lamiales, pada daun stomata tipe anisositik berkas pembuluh tipe bikolateral, organoleptik daun berwarna hijau, batang berwarna coklat, dan akar berwarna coklat tua dan mengandung zat kimia alkaloid dan fenol.
3.3 Skema Kerja
                                                         Panen / Pengumpulan

                                                                                                                                
                                                                                                      Bahan Segar 
      Herbarium Basah                                                               
 

                                                                 
Anatomi                           Pembuatan Simplisia                             Morfologi                                        
-          Sortasi Basah
-          Organoleptik
-          Pencucian
-          Perajangan
-          Pengeringan
-          Pewadahan

Simplisia
 

Rounded Rectangle: Mikroskopik  
   Organoleptik                                                        identifikasi
                                                                             KandungaKimia
                                                                                                  -  Pati
                                                  -  Tanin
                                                  -  Kotekol
                                                  -  Dioksiantrakinon
                                                  -  Fenol
                                       Hasil                                                   -  Steroid
                                                          -  Alkaloid
 

Rounded Rectangle: Pembahasan



                                  Kesimpulan


Gambar 3.2 Skema Kerja Pemeriksaan Farmakognostik Tumbuhan selasih














BAB 4
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
4.1 Bahan, Alat dan Instrumen Praktikum
        4.1.1 Bahan Tanaman
      Bahan yang digunakan pada percobaan ini ialah kemangi (Ocimum spp).

        4.1.2 Bahan kimia
Bahan kimia yang digunakan pada percobaan ini ialah :
a.       Formalin                                             
b.      FeCl3 P                                               
c.       KOH 10 %                                         
d.      HCL + meyer bouchardat
e.       Liebermen bouchardat
f.       Iod 0,1 N
g.      FeCl3 1 N
h.      Etanol



       4.1.3 Alat
        a. Botol semprot
        b. Bunsen
        c. Deg glass
        d. Objek glass
        e. Penjepit tabung
        f.  Plat tetes
        g. Pipet  tetes
        h. Rak tabung
        i. Tabung reaksi          
4.2  Lokasi Praktikum
1.       Pengambilan Simplisia, dilaksanakan di Desa Lembanna Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba
2.       Pemeriksaan Farmakologi dan anatomi, serta uji kimia, dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Fakultas Farmasi UMI


4.3 Prosedur Praktikum(Anonim,2009)
       4.3.1 Pemeriksaan Farmakognostik
                  4.3.1.1 Identifikasi dan Determinasi Tanaman
                                   Menentukan kunci determinasi tanaman dilakukan   berdasarkan bentuk morfologi  melalui pendekatan hubungan kekerabatan tanaman (suku dan genus), kunci determinasi tanaman sebagai mana yang dicantumkan dalam buku resmi (FLORA OF JAVA,atau FLORA).
                              4.3.1.1.1 Morfologi Tanaman
               Mengamati dan menggambar bentuk morfologi dari tanaman, yaitu berupa bentuk batang, daun, dan akar .
                               4.3.1.1.2 Anatomi Tanaman
Pemeriksaan anatomi di Laboratorium, yaitu anatomi akar, batang, dan daun serta mencari bentuk stomata dengan membuat preparat setipis mungkin diatas objek glass yang ditutupi deg glass dengan ditetesi air atau kloralhidrat, dan diamati serta digambar anatominya dibawah mikroskop.
                  4.3.1.2 Pemeriksaan Simplisia
                                4.3.1.2.1 Pengambilan Simplisia
     Pengumpulan simplisia dilakukan dengan menggunakan pisau dan tangan yang telah dilapisi dengan kaos tangan karena permukaan dari Annona muricata yang tebal sehingga pengambilan harus hati-hati. Daun dikumpulkan pada saat tanaman ingin berbunga dan berbuah.
                                4.3.1.2.2 Pembuatan Simplisia
         Simplisia yang telah dikumpulkan kemudain dicuci untuk membersihkan simplisia dari kotoran atau debu dan memisahkan tanaman itu sendiri yang tidak dikehendaki saat pencucian. Setelah dicuci dan dibersihkan dari debu dan kotoran, sampel dipotong kecil-kecil kemudian dikeringkan. Pengeringan yang digunakan pada percobaan ini ialah pengeringan alamiah yakni dengan bantuan sinar matahari, atau diangin-anginkan. Untuk bagian tanaman yang keras, seperti batang dan akar pengeringan dilakukan di bawah sinar matahari. Untuk bagian tanaman yang lunak seperti daun cukup diangin-anginkan.
                               4.3.1.2.3 Pemeriksaan mutu simplisia
a.       Organoleptik yaitu pemeriksaan warna, bau, dan rasa dari bahan / simplisia. Dari simplisia yang telah dibuat, diamati warnanya, baunya apakah menyengat. Biasanya jika menyengat berarti mengandung minyak atsiri. Kemudian diamati rasanya, apakah sepat, manis, dan lain sebagainya.
b.      Makroskopik yaitu pemeriksaan bentuk morfologi dari simplisia, ukuran, warna serta bidang patahannya.
c.       Mikroskopik yakni pemeriksaan mikroskopik simplisia berupa fragmen pengenal serbuk simplisia yang diamati menggunakan mikroskop.
      4.3.2 Identifikasi Kandungan Kimia (Haryono, 2005)
                    4.3.2.1  Pati dan aleuron
a.        Dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi
b.       Ditambahkan dengan larutan  Iod 0,1 N sebanyak 1-3 tetes  apabila berwarna biru mengandung pati dan kalau berwarna kuning coklat mengandung aleuron.
           4.3.2.2  Zat samak / tannin
a.       Dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi
b.      Ditambahkan dengan larutan  FeCl3 P sebanyak 1-3 tetes apabila berwarna biru hitam mengandung tannin
4.3.2.3   katekol
a.    Dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi
b.    Ditambahkan dengan larutan  FeCl3 P sebanyak 1-3 tetes apabila berwarna hijau mengandung katekol

  4.3.2.4 Dioksiantrakinon
a.       Dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi
b.      Ditambahkan dengan larutan  (KOH 10% etanol)  sebanyak 1-3 tetes apabila berwarna merah  mengandung  dioksiantrakinon
   4.3.2.5  Fenol
a.    Dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi
b.    Ditambahkan dengan larutan  FeCl3  P sebanyak 1-3 tetes apabila berwarna biru hitam  mengandung fenol
   4.3.2.6  Steroid
a.    Dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi
b.    Ditambahkan dengan larutan  Lieberman bouchardat  sebanyak 1-3 tetes apabila berwarna merah atau merah jambu  mengandung steroid
4.3.2.7           Alkaloid
a. Dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi
c.   Ditambahkan dengan larutan  HCl + Meyer bouchardat  sebanyak 1-3 tetes apabila terbentuk putih mengandung alkaloid



BAB 5
HASIL
5.1 Identifikasi dan determinasi tanaman
1b, 2b, 3b, 4b, 6b, 7b, 9b, 10b, 11b, 12b, 13b, 14b, 16b, golongan 10 daun Tunggal berhadapan, 239b, 243b, 244b, 248b, 249b, 250b, 266b, 267b, 273b, 276b, 278b, 279b, 282a…, famili : Lamiaceae
5.2 Morfologi Tanaman
Dari hasil praktikum yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut ;
Pemeriksaan morfologi tanaman kemangi (Ocimum spp).kemangi   (Ocimum spp) merupakan tanaman semak semusim dengan tinggi antara 80 – 100 cm. Batang  bercabang banyak, berkayu segi empat, berbulu berwarna  hijau muda. Daun tunggal bulat lancip, tepi bergerigi, panjang daun 4 – 5 cm dan lebar 6 – 30 mm. Bunga berwarna putih dan umumnya bertandan kurang menark. Tanaman mudah tumbuh di ladang atau di tempat terbuka lainnya. Selasih  (Ocimum spp) mempunyai enam kuntum bunga, megikuti urutan dari atas ke tengah. Kelopak bunganya bewarna hijau dan bagian atas bunganya bewarna putih atau merah jambu pucat. Selasih mempunyai bau yang khas dan harum. Selain juga dipanggil ruku – ruku. Buahnya kotak coklat tua. Bijinya  kecil-kecil halus. Akarnya merupakan akar tunggang. Tanaman ini cepat menua dan merupakan tanaman jangka pendek.
5.3 Anatomi tanaman  
Daun kemangi (Ocimum spp)
                                                                   Keterangan :
1.      Epidermis bawah
2.      stomata






Gambar 5.2 Gambar anatomi daun kemangi (Ocimum spp)

Epidermis atas : terdiri dari 1 lapis sel, pipih, terentang tangensial, bentuk poligonal, dinding antiklinal lurus, tidak terdapat stomata. Epidermis bawah : sel lebih kecil, pipih, terentang tangensial, bentuk poligonal, dinding antiklinal lurus. Stomata: Tipe anomositik, banyak terdapat pada permukaan bawah. Rambut penutup : Terdapat pada kedua permukaan, lebih banyak pada permukaan bawah, bentuk kerucut ramping yang umumnya agak bengkok, terdiri dari 1 sel, berdinding tebal, jernih, panjang rambut 150 µm, pangkal rambut kadang-kadang agak membengkok, lumen kadang-kadang mengandung zat berwarna kuning kecoklatan. Jaringan air : Terdapat di bawah epidermis atas, terdiri dari 2 sampai 3 lapis sel yang besar, jernih dan tersusun rapat tanpa ruang antar sel. Idioblas : terdapat di beberapa tempat, berisi hablur kalsium oksalat berbentuk roset yang besar dan bentuk prisma. Kelenjar minyak : Rongga minyak bentuk lisigen besar, terdapat lebih banyak di bagian bawah dari pada di bagian atas. Jaringan palisade : Terdiri dari 5 sampai 6 lapis sel, terletak di bawah jaringan air, 2 lapis sel yang pertama lebih besar dan mengandung lebih banyak zat hijau daun, lapisan-lapisan berikutnya berongga lebih banyak.
Batang selasih (Ocimum spp)
                                                                            Keterangan :
1.      Gabus/ Korteks
2.      Berkas pengangkutan



Gambar 5.3  Gambar anatomi batang selasih (Ocimum spp)

Floem intraxyler. Selaput kayu yang utama membentuk lebih sedikit silinder lengkap, dari floem internal juga membentuk suatu lapisan yang berlanjut. Floem internal kebanyakan di dalam tumbuhan, jarang suatu kambium muncul di dalam xilem primer dan kecil jumlah floem sekunder internal dibentuk. Parenkim bersama-sama dengan apa yang ada pada daerah protoxilem, membentuk daerah perimedullary.
Akar kemangi (Ocimum spp)
                                                          Keterangan : 
1.            Epideermis
2.             Korteks
3.            Endodermis
4.            Xylem
5.             Floem

Gambar 5.5 Gambar anatomi Akar kemangi (Ocimum spp)

Endodermis biasanya paling nyata pada akar. Endodermisnya tetap dalam bentuk primer dan ditinggalkan bersama dengan korteks pada waktu perkembangan penebalan sekunder dan peridem. Stele lebih nyata daripada korteks dalam akar dibanding dengan yang terdapat dalam batang.


5.4 Pemeriksaan mutu simplisia
a         Organoleptis
1)      Warna.
Simplisia daun berwarna hijau, simplisia batang berwarna coklat, simplisia akar berwarna coklat
2)      Bau.
Simplisia daun berbau agak sepat, simplisia batang dan akar tidak memiliki bau yang khas
3)      Rasa
Daun berasa sepat, batang dan akar tidak begitu beras.
5.5 Identifikasi kandungan kimia simplisia
       5.5.1 Identifikasi kandungan kimia simplisia pada kemangi (Ocimum spp)    
Uji
Pereaksi
Pustaka
Hasil
Katekol

FeCl3  1 N
Hijau
Akar
Batang
Daun
(+)
(+)
(+)

Tanin

FeCl3 1 N
Biru Hitam
Akar
Batang
Daun
(-)
(-)
(-)

Dioksiantrakinon

KOH
Merah
Akar
Batang
Daun
(-)
(-)
(-)

Fenol

FeCl3
Biru Hitam
Akar
Batang
Daun
(-)
(-)
(-)

Steroid

Liberman Boucard
Merah atau Merah jambu
Akar
Batang
Daun
(+)
(+)
(-)

Pati

Iod
Biru
Akar
Batang
Daun
(-)
(-)
(-)

Aleuron

Iod
Kuning Coklat
Akar
Batang
Daun
(+)
(+)
(+)

Saponin

Air hangat + buih+HCl
Buih tidak hilang
Akar
Batang
Daun
(-)
(-)
(-)

Sampel

Sudan Merah
Merah keunguan
Akar
Batang
Daun
(+)
(+
(+

       5.5.2 Uji organoleptik pada kemangi (Ocimum spp)
NO
Bagian Tanaman
Pengujian
Warna
Bau
Rasa
1
2.
3.
Daun
Batang
Akar
Hijau
Coklat
Coklat Tua
Aromatik
Tdk Berbau
Tdk berbau
Pahit
Pahit
Pahit



BAB 6
PEMBAHASAN
Setelah dilakukan pemeriksaan farmakognostik dan identifikasi kandungan  kimia dari tanaman selasih diperoleh hasil sebagai berikut.
      A. Data Morfologi
                        Pengamatan morfologi dilakukan dengan mengamati bentuk fisik dari tanaman, yakni ukuran, warna, dan bentuk tanaman. Dan merupakan salah satu cara memperkenalkan tanaman karena mengingat tanaman yang sama belum tentu mempunyai bentuk morfologi yang sama pula. Pemeriksaan morfologi tanaman selasih yang berasal dari suku Lamiaceae adalah sebagai berikut.
                        Pada akar, mempunyai sistem perakaran tunggang (radix primaria). Pada batang, mempunyai batang  bentuk bulat (teres), tergolong batang berkayu (lignosus) dan sistem percabangan batangnya secara monopodial yakni batang pokok selalu tampak jelas, karena lebih besar dan lebih panjang dari cabang – cabangnya.
                        Pada daun, bentuk helaian daun oval sampai memanjang (eliptico-oblongus) atau bulat telur terbalik (obovatus), tepi daun rata (integer), ujung daun terbelah (retusus), bentuk pangkal daun tumpul (obtusus), bantuk pertulangan daun menyirip (penninervis) dan susunan tata letak daunnya berseling.
      B.   Anatomi tumbuhan
                        Pengamatan anatomi dilakukan untuk mengamati bentuk sel dan jaringan yang diuji berupa sayatan melintang dan membujur.
Pada penampang melintang akar terdapat jaringan epidermis, xylem, kortex, endodermis, floem, cambium, dan empulur, sedang pada penampang membujurnya terdapat jaringan epidermis, kortex, xylem, endodermis dan floem.
Pada penampang melintang batang terdapat jaringan epidermis, kortex, xylem, floem, berkas pembuluh kolateral, hypodermis dan cambium. Sedang pada penampang membujur terdapat jaringan epidermis, xylem, floem dan berkas pembuluh.
Pada penampang melintang daun terdapat jaringan epidermis, trikoma, kutikula, dan hypodermis. Sedang pada penampang membujurnya terdapat stomata dengan tipe aktinositik yakni stomata yang ditandai dengan sel tetangga yang pipih dan mengelilingi stomata dalam bentuk lingkaran.



      C. Data Organoleptis
                        Pengamatan organoleptis dari tanaman dimaksudkan untuk mengetahui sifat – sifat fisik yang khas dan spesifik dari suatu tanaman. Tanaman selasih mempunyai daun yang berwarna hjau, bau yang khas
      D. Kunci Determinan
                        Determinasi tanaman dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas tanaman yang dipakai untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan dalam pengumpulan bahan sehingga tanaman yang diambil benar – benar tanaman iler. Determinasi dilakukan dengan berpedoman pada buku “Flora” karangan Van Steenis (1992).
      E. Penentuan Kandungan Kimia
                        Penentuan kandungan kimia secara kualitatif dilakukan dengan menggunakan pereaksi kimia yang umum untuk senyawa tersebut. Metode ini dilakukan untuk mengetahui secara kualitatif kemungkinan senyawa yang terkandung dalam serbuk tanaman kayu cina dari praktikum yang dilakukan diperoleh hasil yang positif
                        Daun kayu cina mengandung minyak atsiri, antara lain karvakrol yang bersifat anti biotik, eugenol bersifat menghilangkan nyeri, etil salisilat menghambat iritasi. Daunnya juga mengandung zat-zat alkaloida, mineral dan sedikit lender.

BAB 7
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
  Kesimpulan yang dapat diambil, yaitu :
         1.  Dari pemeriksaan organoleptik dapat diketahui bahwa daun kemangi
              memiliki warna hijau, berasa pekat dan berbau aromatis
          2.  Setelah dilakukan reaksi identifikasi diketahui bahwa tanaman kemangi 
              mengandung katekol, tannin, aleuron, steroid,  dan minyak  
              atsiri.
          3. Anatomi dari kemangi yakni terdapat jaringan epidermis, xylem, kortex, endodermis, floem, cambium, dan empulur, sedang pada penampang membujurnya terdapat jaringan epidermis, kortex, xylem, endodermis dan floem.
          4. Pada akar, mempunyai sistem perakaran tunggang (radix primaria). Pada  
             batang, mempunyai batang  bentuk bulat (teres), tergolong batang berkayu (lignosus) dan sistem percabangan batangnya secara monopodial yakni batang pokok selalu tampak jelas, karena lebih besar dan lebih panjang dari cabang – cabangnya.
                        Pada daun, bentuk helaian daun oval sampai memanjang (eliptico-oblongus) atau bulat telur terbalik (obovatus), tepi daun rata (integer), ujung daun terbelah (retusus), bentuk pangkal daun tumpul (obtusus), bantuk pertulangan daun menyirip (penninervis) dan susunan tata letak daunnya berseling.
7.2 Saran           
                  Disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui zat aktif dari tanaman kemangi (Ocimum spp) yang berkhasiat sebagai obat












DAFTAR PUSTAKA
Amin A., 2005, Penuntun Farmakognosi I, Universitas Muslim Indonesia, Makassar.

Anonim //http.plantamour.com diakses pada hari jumat  tanggal 27 november 
2009

Anonim //http: wikipedia.com  diakses pada hari jumat tanggal 27 november 2009

  Dalimarta,S.,1999, Atlas Tumbuhan Obat Indonesi Jilid I, Jakarta.

Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia edisi III, DepKes, Jakarta                  
Didik,G., 2005, Ilmu Obat Alam (Farmakognosi), Jilid I, Penerbit suradaya, Bogor.

Ditjen POM, 1989, Materia Medika Indonesia, Jilid IV, DirJen Pengawasan Obat dan Makanan RI, Jakarta.

Ditjen  POM,  1985, Cara pembuatan Simplisia, Depkes, Jakarta.

Van Steenis, G, G, G, J., 1992, Flora Untuk sekolah di Indonesia terjemahan oleh Suryominoro, cetakan Ke VI, Pradaya, Paramitha, Jakarta.

Rusli, 2001, Penuntun Fitokimia, Universitas Muslim Indonesia Makassar

Goggle Tanaman obat\httm\selasih.\tanaman.,diambil pada hari kamis tanggal 16 november 2009  







                    ABSTRAK

Jumasni Adnan, Pemeriksaan farmakognostik yaitu morfologi, anatomi dan kandungan kimia tanaman Selasih (Ocimum spp) asal Desa Lembanna, Kec: Bontobahari, Kab : Bulukumba, Kota Makassar (Di bimbing oleh Syarifah Zahrah)
Penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan pemeriksaan morfologi, anatomi dan identifikasi komponen kimia dengan tujuan untuk mengetahui bau, rasa dan warna yaitu dengan uji organoleptis  dan kandungan kimia yang terdapat pada gandarusa seperti pati dan eleuron dan flavanoid untuk menunjang pengembangannya sebagai obat tradisional.
           
Pada pemeriksaan morfologi menunjukan  bahwa tanaman kemangi (Ocimum spp) merupakan tanaman perdu yang tumbuh di iklim tropis dan merupakan tanaman dalam suku umbi-umbian yang berumbi lapis.

            Identifikasi kandungan kimia terhadap serbuk simplisia kemangi  dengan reaksi warna dan pengendapan dimana  menggunakan pereaksi FeCl3, HCl, KOH, bouchard dan lieberman diperoleh untuk hasil yang positif terhadap simplisia adalah karbohidrat, steroid dan eleuron, Adapun berdasarkan literatur mengandung alkaloid likorin.



















ABSTRACT
Jumasni Adnan,  The pharmacognostic assay include morphology, anatomy, and chemical compound identifity with color reaction of Kayu cina (Dacrydium ellatum)collected from Lembanna village, Distric of Bontobahari  Bulukumba Makassar. (Under supervisión of  Syarifah Zahrah).
            Inspection of morphology to indicate that crop kemangi (Ocimum spp)inclusive of class dikotil with the bar  have wood  and the take root to ride, the single leaf look out on, Athwart slice leaf anatomy show the existence of stomata of type of athwart bidiasitik slice and bar there are binding opened collateral type conveyor

             Identify the chemical content to dust or powder crop using reagens FeCl3, HCL, obtained, other bouchard  result which are positive to simplisia is extract and eleuron,
























LAMPIRAN

1.      Mikroskop
                                                        











2.      Pipet tetes


















3.      Plat tetes










4.      Tabung reaksi














Impatiens balsamina



5.      Rak tabung









6.      Tanaman kemangi
















DAFTAR ISI
Halaman Judul
Lembar Pengesahan………………….…..……………………………………...............     i
Lembar Penilaianujian Komprehensif..….………………………………             ii
Abstrak……………………………..…...………………………………..……   iii
Abstract…………………………..……..………………..………………..…      iv
Kata Pengantar……….………………..….…………………….………..…         v
Daftar Isi…………………...…………………...………………..……..…….    vii
Daftar Tabel………...…….……………...…..……………………...………..  xiii
Daftar Gambar………………...……..…………………………………………xiv
Daftar Lampiran…………………...……………………………………….…    vx
Daftar Ringkasan……………………………………………………………..   xvi
Daftar Simbol……….……..………………………………..……………….  xviii
BAB 1 Pendahuluan…………………………………………………….    1
1.1 Latar Belakabng……….……………………………         1
1.2 Rumusan Masalah….…………………………..               .3
1.3 Tujuan penelitian………………………………..              3
1.4 ManfaatPenelitian………………….…………...              3
1.5 KontribusiPenelitian bagi IPTEK….………                  3
BAB 2 TinjauanPustaka…………………….……………………              4
  2.1 TinjauanTentangTanaman ………...…………..                 4
2.1.1 Sistematika Tanaman ……………………               4
2.1.2 Nama daerah tanaman………….…..…..…              6
2.1.3 Morfologi tanaman…………………..….                 6
2.1.4 Anatomi tanaman/ untuk biota laut Jenis2 Biota
 Laut……………………………………………… 7
2.1.5 Kandungan Kimia Tanaman…………….………     8
                                      2.1.6 Kegunaan tanaman……………………………        9
2.1.7 Bioaktifitas Tanaman…………..………...……       9
2.2  TinjauanTentangPemeriksaan Farmakognostik‑…...…. 10
2.2.1 PengertiandanSejarahFarmakognosi…………       10
2.2.2 Ruanglingkup Pemeriksaan Farmakognosi……     11
2.2.2.2 MorfologiTanaman……………………     13
2.2.2.3 AnatomiTanaman………………  ..           14
2.2.2.4 IdentifikasiKandungan Kimia Tanaman.
                                                            ………………………………………….   14
2.2.2.5 Pemeriksaan mutu dan Standarisasi ..…...  15
 2.3  Tinjauan Tentang Simplisia…………….………….….  17
2.3.1 Pengertian Simplisia……………….…….……..    17
2.3.2 Penggolongan Simplisia……………….....……..  .18
2.3.3 Cara Pembuatan Simplisia………………...….…  20
2.3.4 Pemeriksaan Mutu Simplisia……………………  27
2.4 Identifikasi Kandungan Kimia Simplisia Secara Kemotaksonomi…………………….….…………...  29
 2.4.1 Penggolongan Tanaman berdasarkan Kemotaksonomi………………………....  29
    2.4.2 Kegunaan Umum Tanaman Berdasarkan Kemotaksonomi…………………………..    30
  2.4.3 Cara Mengidentifikasi Kandungan Kimia Simplisia   ……………………..………….   30
a.                    Reaksi Warna……………..…………….  30
b.                    Reaksi pengendapan……..……………..   34
c.                    Kromotografi lapis tipis ……………….. 34
BAB 3 Kerangka Konseptual, Hipotesis dan Skema Kerja…………….  36
BAB 4 Materi dan Metode Praktikum……………………….…………  36
4.1    Bahan, Alat Praktikum
          4.1.1Bahan Tanaman……………..…………………39
4.1.2  Bahan Kimia……………………….…….……39
4.1.3Alat………………………….………………….40
             4.2     Lokasi Praktikum………………………….……...   40
             4.3     Prosedur Praktikum……………………….………  41
4.3.1  Pemeriksaan Farmakognostik………… …..………41
       4.3.1.1     Identifikasi dan Determinasi Tanaman……41
                                             4.3.1.1.1 Morfologi Tanaman…….... …..  41
                                                            4.3.1.1.2Anatomi Tanaman…...…...……  41
                                         4.3.1.2      Pemeriksaan Simplisia…………………….. 42
           4.3.1.2.1.   Pengambilan Simplisia………….42
           4.3.1.2.2.  Pembuatan Simplisia…………42
 4.3.1.2.3.  Pemeriksaan Mutu Simplisia...43
b.      Organoleptik…………….  43
c.       Makroskopik………………43
d.      Mikroskopik‑……….…     44
4.3.2 Identifikasi Kandungan Kimia …………………….44
                                                             4.3.2.1    Patidan Aleuron………………  44
                                                            4.3.2.2      Zatsamak / tannin…..………...  44
                 4.3.2.3      Turunankatekol………...…. ... 44
                                                            4.3.2.4      Dioksian trakinon bebas……..  45
                                                            4.3.2.5      Fenol…………..……………... 45
.                4.3.2.6       Steroid……....……………..... .45
                 4.3.2.7 Alkaloid……………………...….. 45
BAB 5 Hasil…………………………………….………………….…...  46
5.1 Identifikasi  dan Determinasi Tanaman ..……………...……..46
5.2 Morfologi Tanaman………………………...……………….46
5.3 Anatomi Tanaman………………………………………...…47
5.4 Pemeriksaan Mutu Simplisi…………….…………………..  51
5.6 Identifikasi Kandungan Kimia Simplisia…………………… 51
BAB 6         Pembahasan………………..………………...…………………… 53
BAB 7         Penutup………………………………………………...…………. 56
7.1 Kesimpulan………………………………………………..56
7.2 Saran…………………………….…………..………… 56
DaftarPustaka
Lampiran






















DAFTAR TABEL

Tabel 5.5.1 Uji Organolpetis pada kemangi ………………………….50
Tabel 5.5.2 Identifikasi Kandungan kimia…………………………….50



















DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.2 Tanaman  kemangi…………….……………………………………………………………...45
Gambar 5.3.1 Penampang Melintang Batang……………………….…………...46
Gambar 5.3.2 Penampang Membujur Batang……………………….…………...46
Gambar 5.3.3 Penampang Melintang Daun……………………………………...47
Gambar 5.3.4 Penampang Membujur Daun…….………………………………..48
Gambar 5.3.5 Akar …………………………………………….………………     .





















DAFTAR LAMPIRAN
          
Gambar Mikroskop............................................................................................................58
Gambar Pipet tetes…..…………………………………………………………..58
Gambar Plat tetes………..…………………..…………………………………..59
Gambar Tabung reaksi ……..…………………………..………………………..59
Gambar Rak tabung…………………….………………….…………………….60
Gambar kemangi ……………………………………………………………..…60
                    


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar